KAI Hadapi Tekanan Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, Pemerintah Tegaskan Tak Tanggung Beban

- Penulis

Kamis, 16 Oktober 2025 - 20:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto : Kereta Cepat Jakarta - Bandung Whoosh (Dok : BBCNews Indonesia Getty)

Foto : Kereta Cepat Jakarta - Bandung Whoosh (Dok : BBCNews Indonesia Getty)

JAKARTA PT Kereta Api Indonesia (KAI) menghadapi tekanan keuangan akibat utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh. Sebagai pemimpin konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), KAI kini mencari jalan keluar bersama Badan Pengelola Investasi Danantara.

Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin menyebut proyek KCIC menjadi “bom waktu” bagi keuangan perusahaan. Ia menegaskan KAI menyiapkan langkah restrukturisasi bersama Danantara.

Komisi VI DPR menuntut KAI segera menuntaskan roadmap penyelesaian utang. Anggota Fraksi PDI Perjuangan Darmadi Durianto menilai beban KAI terus naik dan bisa menembus Rp6 triliun pada 2026 jika tak segera diatasi.

Baca Juga :  Daftar 46 Kode Redeem FF Aktif 23 Oktober 2025:

Data keuangan PSBI menunjukkan kerugian Rp4,19 triliun pada 2024 dan Rp1,62 triliun pada semester I 2025.

COO Danantara Dony Oskaria menyebut pihaknya menyiapkan beberapa opsi penyelamatan, mulai dari suntikan modal hingga menjadikan sebagian aset KCIC sebagai aset negara. “Tujuannya menjaga KAI tetap sehat dan KCIC tetap beroperasi,” ujarnya.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan proyek KCJB tidak membebani APBN. “Tak ada utang pemerintah di proyek ini. Semua skema business to business antara Indonesia dan China,” katanya di Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Baca Juga :  Rosan ‘Ngerem’ Luhut: Utang Whoosh Belum Bisa Diteken Presiden

Purbaya memastikan Danantara mampu membantu pembiayaan karena menerima dividen BUMN sekitar Rp90 triliun per tahun. Ia juga meminta Danantara lebih aktif menyalurkan dana ke proyek produktif, bukan sekadar membeli obligasi.

Pemerintah kini menunggu hasil studi KCIC terkait restrukturisasi. “Selama pembayarannya jelas, tak masalah siapa yang menanggung. Kita tunggu keputusan Presiden,” pungkas Purbaya.(aka)

Berita Terkait

Ringgit Malaysia Mata Uang Terkuat di Asia Saat Ini
Mulai 12 November, Citilink Layani Penerbangan Domestik dari Terminal 1C
Artotel Bangun Hotel Bernuansa Alam di Jantung Hutan Merangin, Ada Fasilitas Glamping Mewah!
Amran Sulaiman Umumkan Penurunan Harga Pupuk Nasional
Ini Besaran Tarif Listrik PLN Bulan Oktober – Desember 2025
Rosan ‘Ngerem’ Luhut: Utang Whoosh Belum Bisa Diteken Presiden
Wabup H A Khafidh Ikuti Rakornas TPAKD 2025
Berita ini 8 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 15 November 2025 - 12:00 WIB

Ringgit Malaysia Mata Uang Terkuat di Asia Saat Ini

Kamis, 6 November 2025 - 12:00 WIB

Mulai 12 November, Citilink Layani Penerbangan Domestik dari Terminal 1C

Kamis, 23 Oktober 2025 - 20:00 WIB

Artotel Bangun Hotel Bernuansa Alam di Jantung Hutan Merangin, Ada Fasilitas Glamping Mewah!

Rabu, 22 Oktober 2025 - 22:00 WIB

Amran Sulaiman Umumkan Penurunan Harga Pupuk Nasional

Selasa, 21 Oktober 2025 - 14:00 WIB

Ini Besaran Tarif Listrik PLN Bulan Oktober – Desember 2025

Berita Terbaru

Walpaper Mobile Legends

Tech & Games

Masih Fresh! Kode Redeem MLBB Terbaru 6 Desember 2025 Siap Diklaim

Sabtu, 6 Des 2025 - 06:40 WIB

Ir Muhammad Arief Dilantik Menjadi Sekda Sarolangun

Daerah

Ir Muhammad Arief Resmi Menjabat Sekda Sarolangun

Jumat, 5 Des 2025 - 14:33 WIB

Walpaper Mobile Legends (ML)

Tech & Games

Segera Aktifkan! Kode Redeem ML 5 Desember 2025 Bawa Banyak Hadiah

Jumat, 5 Des 2025 - 05:58 WIB