JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (KAI) menghadapi tekanan keuangan akibat utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh. Sebagai pemimpin konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), KAI kini mencari jalan keluar bersama Badan Pengelola Investasi Danantara.
Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin menyebut proyek KCIC menjadi “bom waktu” bagi keuangan perusahaan. Ia menegaskan KAI menyiapkan langkah restrukturisasi bersama Danantara.
Komisi VI DPR menuntut KAI segera menuntaskan roadmap penyelesaian utang. Anggota Fraksi PDI Perjuangan Darmadi Durianto menilai beban KAI terus naik dan bisa menembus Rp6 triliun pada 2026 jika tak segera diatasi.
Data keuangan PSBI menunjukkan kerugian Rp4,19 triliun pada 2024 dan Rp1,62 triliun pada semester I 2025.
COO Danantara Dony Oskaria menyebut pihaknya menyiapkan beberapa opsi penyelamatan, mulai dari suntikan modal hingga menjadikan sebagian aset KCIC sebagai aset negara. “Tujuannya menjaga KAI tetap sehat dan KCIC tetap beroperasi,” ujarnya.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan proyek KCJB tidak membebani APBN. “Tak ada utang pemerintah di proyek ini. Semua skema business to business antara Indonesia dan China,” katanya di Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Purbaya memastikan Danantara mampu membantu pembiayaan karena menerima dividen BUMN sekitar Rp90 triliun per tahun. Ia juga meminta Danantara lebih aktif menyalurkan dana ke proyek produktif, bukan sekadar membeli obligasi.
Pemerintah kini menunggu hasil studi KCIC terkait restrukturisasi. “Selama pembayarannya jelas, tak masalah siapa yang menanggung. Kita tunggu keputusan Presiden,” pungkas Purbaya.(aka)









