GAZZA – Upaya mempertahankan gencatan senjata di Jalur Gaza kembali goyah. Rabu (15/10/2025), ratusan truk bantuan mulai bergerak ke Gaza, sementara Israel menyiapkan pembukaan kembali perlintasan Rafah di tengah ketegangan baru soal pengembalian jenazah sandera Israel oleh Hamas.
Israel mengancam akan menutup Rafah dan menghentikan pasokan bantuan jika Hamas tidak segera mengembalikan seluruh jenazah sandera. Pada Rabu dini hari, Hamas menyerahkan beberapa jenazah, disusul dua peti tambahan pada malam harinya. Pejabat keamanan Israel menyatakan, pihaknya siap membuka Rafah bagi warga Gaza dengan 600 truk bantuan yang akan melintasi perbatasan hari itu.
Di Washington, Presiden Donald Trump menegaskan kesabaran AS terhadap Hamas hampir habis. Dalam wawancara dengan CNN, Trump menyatakan akan memberi izin Israel melanjutkan perang jika Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata.
“Israel akan kembali ke jalan-jalan itu ketika saya katakan waktunya. Jika mereka perlu bertindak, mereka akan melakukannya,” ujar Trump.
Trump sehari sebelumnya juga memperingatkan Hamas agar segera melucuti senjata, meski menegaskan militer AS tidak akan turun langsung jika pertempuran pecah. Menurut penasihat senior Gedung Putih, Washington kini berfokus menstabilkan situasi Gaza dan merancang pembentukan pasukan internasional untuk mendukung proses damai.
Hamas mengaku telah menyerahkan seluruh sandera hidup serta jenazah yang berhasil ditemukan melalui Palang Merah Internasional. Namun, otoritas Israel menilai salah satu dari delapan jenazah yang dikembalikan bukan sandera, memicu ketegangan baru. Saat ini, 21 jenazah sandera masih tertinggal di Gaza, sebagian sulit ditemukan akibat kehancuran pascaperang.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel juga menyerahkan kembali 360 jenazah warga Palestina. Pada Selasa, 45 jenazah pertama sudah diterima otoritas kesehatan Palestina untuk proses identifikasi.
Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengecam pengiriman bantuan ke Gaza. Ia menyebut langkah itu sebagai “aib nasional” dan menuduh Hamas menipu soal pengembalian jenazah sandera. Menteri Pertahanan Yoav Katz memerintahkan penyusunan rencana baru untuk menghancurkan Hamas jika kelompok itu melanggar kesepakatan damai yang digagas Trump.
Meskipun pasukan Israel sudah mundur ke “garis kuning” di luar kota besar Gaza, kekerasan tetap berlanjut. Faksi bersenjata pro-Hamas mengeksekusi sejumlah warga yang dituduh bersekongkol dengan Israel. Video eksekusi yang beredar luas memicu kecaman internasional. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam keras tindakan tersebut, sementara komando militer AS untuk Timur Tengah menuntut Hamas segera menghentikan kekerasan internal dan melucuti senjata.
Trump, meski mengancam akan menyerang Hamas jika menolak pelucutan senjata, menyebut tindakan kelompok itu terhadap geng kriminal lokal sebagai “langkah menegakkan ketertiban.”









