MOSKOW — Ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas. Kremlin bereaksi keras setelah Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia sekaligus mantan Presiden, Dmitry Medvedev, menuding Washington telah memilih jalan perang. Dalam unggahan di Telegram, Medvedev menegaskan bahwa AS bukan lagi mitra, melainkan musuh langsung Rusia.
“AS telah menunjukkan wajah aslinya. Mereka bukan pembawa perdamaian, tapi pihak yang benar-benar memilih jalan perang dengan Rusia,” tegas Medvedev.
“Trump berpihak pada Eropa yang gila,” tambahnya dengan nada tajam.
Langkah sanksi itu diumumkan Gedung Putih sehari sebelumnya. Trump menegaskan sanksi baru tersebut bertujuan menekan Moskow agar kembali ke meja perundingan. Namun, keputusan itu justru membuat hubungan kedua negara semakin tegang.
Trump bahkan membatalkan rencana pertemuan tatap muka dengan Presiden Vladimir Putin di Hungaria, dengan alasan “tidak ingin mengadakan pertemuan yang sia-sia.”
Tak hanya AS, Uni Eropa juga ikut menambah tekanan dengan mengumumkan paket sanksi ke-19 yang menargetkan sektor energi, lembaga keuangan, serta armada tanker minyak Rusia yang selama ini menghindari blokade ekonomi global.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut langkah AS dengan penuh dukungan. Menurutnya, sanksi tersebut bisa menekan Moskow agar benar-benar berkomitmen pada perdamaian.
“Sanksi ini langkah adil yang akan memaksa Rusia menghormati proses perdamaian,” kata Zelensky.
Namun dari Moskow, Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut langkah Amerika Serikat dan sekutunya “kontraproduktif” serta berpotensi memperburuk stabilitas global.
Ketegangan baru ini memperkuat sinyal bahwa hubungan Rusia-AS kembali memasuki fase berbahaya — bukan hanya perang diplomasi, tapi juga perang energi.(aka)









